Selasa, 11 Januari 2011

Kisah pipit dan bibit





Anak burung pipit terbang menari, mangepakan sayapnya jauh dan pergi, kelangit nan sepi.
Tak ada teman, tak ada kawan , terbang tinggi sendiri, tak ada yang menemani.
Menepi dalam atap, tidak ada yang menatap.
Berharap menemukan panutan, yang membimbingnya terbang melayang.
Matanya dengan jeli, menari-nari, tetap mencari sang penuntun jati diri.

Hatinya tersentuh, melihat sang bibit yang rapuh.
Dihampirinya sang bibit itu, yang diam penuh bisu.
 Ia memimpikan tanah yang lapang, agar dapat berbiak dan berkembang.
Bukan terdiam dalam atap, menunggu hancur dan menghilang.

Sang burung pipit lalu membawa sang bibit pergi.
Berputar mengelilingi matahari, melewati dimensi hari.
Mencari tanah lapang agar bibit dapat berkembang.

Burung pipit tidak lagi merasa kesepian.
Karena sang bibit terbang menemani sang pipit melayang.
Pipit bercerita tentang kehidupan, dan berbagai  keindahan alam.

Bibit mulai rapuh dan  terjatuh, Ditanahlah seharusnya ia tumbuh.
Bukan diawan, terbang menghilang bersama sang kawan.
Bibit menghilang, terbang dibawa sang angin petang.
Sang pipit ketakutan, karena sang bibit menghilang.

Sang pipit terus mencari sang bibit.
Ia ketakutan, karena tidak akan memiliki teman.
Tidak terasa, dua tahun sudah sang pipit mencari.
Tetapi sang bibit tetap hilang ditelan duniawi.

Sang pipit lelah, hingga sayapnya merebah.
Lalu ia duduk diranting pohon yang gagah.
Sang pohon bertanya kapadanya.
“Pipit, kau kah itu?”
Sang pipit ketakutan, sehingga diam bungkam.

“Ini aku pipit.” Kata sang bibit.
Tidak ingatkah kau, akan diriku yang kau bawa pergi.
Sang pipit diam, tetap bungkam.
“Diriku adalah seorang bibit, yang kau ajak menari di udara bersama.”

“Bibit ku adalah bibit yang rapuh dan terjatuh.”
“Akulah bibit itu, sekarang aku berkembang dan menjadi pohon yang rindang.”
Ditanah lapang, ia berkembang.
Menjadi sebuah pohon yang gagah.
Tiada lemah, rapuh, dan terbuang.

Sang pipit senang bukan kepalang.
Menemukan sang bibit yang terbuang.
Berubah menjadi sebuah pohon.
Gagah, tegak, tiada memohon.
Untuk diajak berkelana menari diudara.

Sang pipit memutuskan, membuat sarang.
Sang pohon tidak keberatan.
Bersama sang pohon ia hidup bersama.
Tertawa bahagia.
Pipit tidak perlu lagi berkelana.
Diranting pohonlah rumahnya sekarang berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar