Senin, 31 Januari 2011

Sayap patah nan indah




Sayap patah yang dulu terbuang, kini berkembang, mengepakan sayapnya, terbang bersama mentari, dan menggapai mimpi-mimpi. Walaupun hingga kini, ia belum juga mendapatkan sang malaikat hati untuk ia singgahi.

Cahayanya mulai berbinar, menerangi orang-orang dengan sinar, mencoba bangkit dari keterpurukan, dan menguburkan angan-angan sepi yang dulu sempat ia hinggapi. Mencoba merangkaikan mimpi-mimpi indah yang dulu  terlintas tetapi sempat lepas. Terbangun dari angan-angan hampa dan ia mulai berjalan menuju hamparan nyata.

Kepakan terus dirimu sang sayap patah, tidak pernah dirimu menyadari, betapa mulia dan agungnya engkau, biarkan kenangan masa lalu kelam itu menjadi suatu pelajaran, karena semua akan mendapat ganjaran atas apa yang telah mereka lakukan.

Rabu, 26 Januari 2011

Suara Jiwa Sang Selir Hati




Sang pangeran sepi berjalan melewati mimpi, mencari sesuatu yang dinanti, seseorang yang pas dihati. Bukankah ia telah berjanji? kepada sang permaisuri, untuk tidak lagi mencari selir hati. Kesepiankah dirinya? Ataukah hanya ingin mengulang yang pernah ia lakukan? Bukankah telah berjanji ia akan perubahan? Untuk mengabdi pada satu cinta. Kepada cinta sang permaisuri, cinta abadi, yang tidak pernah akan mati.

Berjalan kaki, bertelanjang kaki. Sang pangeran hati mencari sang selir wangi, mengelilingi hari, berputar kesana-kemari. Lupakah ia akan diriku? Seseorang yang pernah ia sakiti. Dan kini, ia mencari seseorang yang akan disakiti, untuk yang kesekian kali.

Haruskah kuceritakan aib sang pangeran kepada orang-orang? Karena diriku hanyalah seorang selir yang terbuang, bagaikan batu dijalan, yang ditendang oleh orang-orang. Pernah kurasakan cinta sang pangeran, cinta yang yang membawaku ke gerbang kehancuran, cinta yang sesaat, tetapi meninggalkan duka yang berkepanjangan.


Kamis, 13 Januari 2011

Mengapa kau masih disini, Mengapa tidak pergi??




Pangeran pembuat lukaku, kenapa engkau ada selalu?
Telah kukubur dalam-dalam kenangan itu.
Tetapi mengapa terus menghampiri diriku?
Kututup lembaran dimasa lalu.
Tetapi mengapa terbayang selalu?

Pangeran penebar duri dalam bunga tidurku.
Mengapa terus mengganggu?
Tidakkah seharusnya kau pergi.
Bersama mimpi-mimpi dan janji-janji.
Yang pernah terucap dalam manisnya kata suci.
Kini telah berubah menjadi duri.

Pangeran tersembunyi dibalik mimpi.
Bisakah kau tinggalkan angan-angan sunyi.
Dalam pikiran serta hati.
Dalam diriku yang merasa sepi.

Mengapa kau tebar cinta, bila akhirnya hanya membuat lara?
Mengapa kau berikan cinta, bila akhirnya hanya luka?
Mengapa kau cintai diriku, bila akhirnya hanya menghianatiku?
Dan mengapa kau selalu hadir dalam hari-hariku?
Aku ingin semuanya berlalu, Termakan oleh gulirnya waktu.
Sampai kutemukan pangeran jiwaku yang baru.

Selasa, 11 Januari 2011

Kisah pipit dan bibit





Anak burung pipit terbang menari, mangepakan sayapnya jauh dan pergi, kelangit nan sepi.
Tak ada teman, tak ada kawan , terbang tinggi sendiri, tak ada yang menemani.
Menepi dalam atap, tidak ada yang menatap.
Berharap menemukan panutan, yang membimbingnya terbang melayang.
Matanya dengan jeli, menari-nari, tetap mencari sang penuntun jati diri.

Hatinya tersentuh, melihat sang bibit yang rapuh.
Dihampirinya sang bibit itu, yang diam penuh bisu.
 Ia memimpikan tanah yang lapang, agar dapat berbiak dan berkembang.
Bukan terdiam dalam atap, menunggu hancur dan menghilang.

Sang burung pipit lalu membawa sang bibit pergi.
Berputar mengelilingi matahari, melewati dimensi hari.
Mencari tanah lapang agar bibit dapat berkembang.

Burung pipit tidak lagi merasa kesepian.
Karena sang bibit terbang menemani sang pipit melayang.
Pipit bercerita tentang kehidupan, dan berbagai  keindahan alam.

Bibit mulai rapuh dan  terjatuh, Ditanahlah seharusnya ia tumbuh.
Bukan diawan, terbang menghilang bersama sang kawan.
Bibit menghilang, terbang dibawa sang angin petang.
Sang pipit ketakutan, karena sang bibit menghilang.

Sang pipit terus mencari sang bibit.
Ia ketakutan, karena tidak akan memiliki teman.
Tidak terasa, dua tahun sudah sang pipit mencari.
Tetapi sang bibit tetap hilang ditelan duniawi.

Sang pipit lelah, hingga sayapnya merebah.
Lalu ia duduk diranting pohon yang gagah.
Sang pohon bertanya kapadanya.
“Pipit, kau kah itu?”
Sang pipit ketakutan, sehingga diam bungkam.

“Ini aku pipit.” Kata sang bibit.
Tidak ingatkah kau, akan diriku yang kau bawa pergi.
Sang pipit diam, tetap bungkam.
“Diriku adalah seorang bibit, yang kau ajak menari di udara bersama.”

“Bibit ku adalah bibit yang rapuh dan terjatuh.”
“Akulah bibit itu, sekarang aku berkembang dan menjadi pohon yang rindang.”
Ditanah lapang, ia berkembang.
Menjadi sebuah pohon yang gagah.
Tiada lemah, rapuh, dan terbuang.

Sang pipit senang bukan kepalang.
Menemukan sang bibit yang terbuang.
Berubah menjadi sebuah pohon.
Gagah, tegak, tiada memohon.
Untuk diajak berkelana menari diudara.

Sang pipit memutuskan, membuat sarang.
Sang pohon tidak keberatan.
Bersama sang pohon ia hidup bersama.
Tertawa bahagia.
Pipit tidak perlu lagi berkelana.
Diranting pohonlah rumahnya sekarang berada.

Gerbang Sepi



Tersesat jiwaku dalam kegundahan, yang menuntunku menuju istana kegelapan, tanpa cahaya mentari, terjauh dari keindahan surgawi. Rantai rantai yang haus akan kebahagiaan begitu kuat, mengikat serta menyakiti jemari jemari cahaya hati, sehingga terluka dan tergores oleh kerasnya besi besi yang terkhianati..

Tertuntun aku menyusuri, berjalan melewati jurang tak bertepi, jurang jurang kesakitan, yang didalamnya terdapat api kesengsaraan, yang siap siap menerkam  jiwa jiwa yang melayang, yang terbang melewati jembatan kegelapan, jiwa itu begitu hampa, terbang seringan awan, seputih kapas dan sekaku kayu. Sehingga api api itu dengan mudah menerkam serta merampas kebebasan sang jiwa jiwa yang berterbangan..

Sampailah diriku di depan gerbang istana kegelapan, tanpa sang tentara, yang menjaga jiwa jiwa yang hampa. Tidak pernah kuduga apa yang terdapat didalamnya. Selangkah demi selangkah diriku mendekati sang gerbang yang ternanti, perangkap rasa sepi, dengan seribu pertanyaan dihati, apakah aku dapat kembali??

Kususuri setapak demi setapak jalan berduri, yang disisi nya terdapat bunga mawar merah berseri, tanpa kusadari diriku telah menepi dalam suasana sedih tak bertepi, adakah sang malaikat hati yang akan menyelamatkan diriku ini?? Yang terperangkap dalam gerbang sunyi, menunggu seseorang yang akan bertepi, menanti, digerbang sepi..


Rabu, 05 Januari 2011

Mozaik Hidupku




Mozaik hidupku berpisah antara satu dengan yang lainnya. Melayang, terbang dan menghilang. Menunggu untuk ditemukan antara satu pasang dengan pasangan lainnya. Seperti sebuah puzzel, yang menanti untuk diselesaikan, sehingga kelak menjadi suatu rangkaian yang menakjubkan..

Kutemukan separuh mozaik hidupku, mereka bersatu, merangkai sesuatu, yang tidak pernah aku tahu, apa maksud dari semua itu..  rankaian satu antara yang lainnya begitu indah, sehingga menjadi warna dalam hidupku, dan menjadi suatu pelajaran dalam jiwaku. Beberapa mozaik itu retak, tetapi kucoba memperbaikinya agar tidak rusak. Karena setiap kesalahan yang pernah kulakukan, akan kuperbaiki dimasa yang akan datang..

Akan kucari potongan-potongan dari semua mozaik hidupku itu, yang telah menjadi takdirku, dimanapun mereka berada, suatu saat kelak, mereka akan bersatu, padu, menyusun suatu makna, akan arti dibalik hidupku. Nanti, saat semua mozaik hidupku bersatu, kan kuceritakan kepada anak cucuku, betapa sulitnya mencari potongan-potongan mozaik itu..

Mozaik hidupku, tunggu aku, akan kutemukan dirimu, akan kubentuk potongan-potongan kecil darimu menjadi sebuah bagian hidupku, tunggu aku..



Sabtu, 01 Januari 2011

Melodi Hidupku



Melodi hidupku mengalun sepi bagai sebuah mimpi, menari nari dijagat galaksi. Nada nada nya berkumpul menjadi sebuah misteri, hanya tuhan yang mengerti, sampai kapan nada nada tersebut akan berhenti..

Suara - suara indah berbunyi, menghiasi setiap nada nada kehidupan yang kian berlari, mengitari waktu, berputar melewati hari, dan mengelilingi dimensi. Sepanjang desahan napas yang dihembuskan, menjadi sebuah doa dan harapan, akan suatu bekal, dalam menghadapi tantangan di masa depan..

Melodi dalam hidupku tidak akan terhenti, sampai mimpi mimpi yang kudapati, dapat diwujuti. Diriku akan menyelami kerasnya alunan duniawi, walaupun suaranya lembut bagaikan nyanyian surgawi, tapi sewaktu waktu dapat berubah menjadi kesunyian abadi..

Akan kususun nada nada kesunyian menjadi sebuah nada pengharapan, akan kebahagiaan yang kan datang, yang akan menjelang dimasa depan. Mereka akan berkumpul, menyanyikan sebuah lagu akan kesenangan dan kebahagiaan, yang tidak akan pernah mati dimakan zaman..

Kehidupan Manusia bagaikan sebuah melodi yang mengalun begitu indah dan memukau, tertoreh dalam garis tangan, senandung karya tuhan yang begitu mengagumkan..