Dan rasanya awan
kelabu itu kembali menangis,
Bukan karena ia bersedih,
ia hanya tidak dapat menunjukan rasa,
Rasa cinta yang begitu
menggumpal di dadanya,
Kepada awan putih,
awan yang selalu ia cinta,
Ia ingin membuat
awan putih berbahagia,
Walaupun terkadang
ia tidak pernah tahu bagaimana caranya,
Ia hanya ingin
membuat awan putih tertawa,
Walaupun ia
bingung harus memulai dari mana,
Ia ingin awan
putih ceria,
Walaupun terkadang
ia buat awan putih terluka.
Dan kini air mata
menggulung dimatanya,
Bukan karena ia
terluka, tetapi karena rasa cintanya,
Cintanya yang
begitu dalam,
Begitu dalamnya
sehingga membuat samudra hatinya bertanya,
Dapatkah ia
bersatu dengan awan putih suatu hari nanti?
Awan kelabu itu
sadar, dirinya akan tetap menjadi kelabu,
Tanpa awan putih
disisinya dirinya tidak pernah berarti apa apa.
Awan yang selalu
terbuang, dan menandakan akan datang hujan.
Lalu mengapa hanya
air mata yang dapat engkau tunjukan?
Kepada awan putih
yang begitu kau cintai,
Yang kadang terluka
oleh perbuatanmu sendiri,
Karena kau tidak
pernah tahu apa yang harus kau kehendaki?
Untuk membuatnya
bahagia, untuk membuatnya tertawa,
Tanpa harus
membuatnya MENDERITA??